Tere Liye penulis novel best seller yang mempunyai nama asli Darwis adalah seorang penulis novel berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera, yang berasal dari keluarga petani, dan merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Beliau telah menghasilkan 14 buah novel, termasuk novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini. Riwayat pendidikan beliau cukup singkat, dimulai dari SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMAN 9 Bandar Lampung, dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
“Bekerja keras namun selalu merasa cukup,
mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima
kasih,” begitu pesan beliau tentang sebuah hidup yang sederhana. Seperti
novel ini ditulis dengan sederhana, namun bisa menjadi karya yang luar
biasa.
Cerita ini berawal dari seorang gadis
kecil bernama Tania yang berumur 10 tahun tertusuk paku payung saat
sedang mengamen bersama Dede adiknya yang berusia 6 tahun. Mereka
bertemu dengan seseorang yang akhirnya menjadi malaikat bagi keluara
Tania, memberikan kasih sayang, perhatian, dan janji masa depan yang
lebih baik. Untuk pertama kalinya Tania merasa cemburu pada Tante Ratna,
pacar seseorang yang menjadi malaikatnya. Ternyata Tania telah jatuh
cinta kepada seseorang itu yang bernama Oom Danar. Perasaan itu terus
tumbuh. Ketika Tania tinggal seminggu lagi untuk mencapai angka 13
tahun, Dede 8 tahun, dan seseorang itu 27 tahun, ibunya meninggal.
Setelah itu Tania bersekolah di Singapura selama 6 tahun karena beasiswa
yang diraihnya. Kado liontin yang diberikan seseorang itu kepada Tania
menjadi awal sebuah teka-teki yang membuat Tania semakin jatuh cinta
meskipun dia tidak berani mengungkapkanya. Namun, tiba-tiba perasaan itu
bagai beribu-ribu anak panah yang menghujam hati Tania. Pedih dan
menyakitkan. Ketika dia baru lulus dengan predikat terbaik, malaikatnya
itu memutuskan untuk menikah dengan Tante Ratna. Daun yang jauh tak
pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari pohonnya. Saat
potongan teka-teki itu terungkap di bawah pohon linden, semua itu telah
terlambat. Akhirnya, hanya ada hati yang terluka karena cintanya yang
tak pernah mampu mengungkap kejujuran.
Novel ini cukup membuka mata kita bahwa
cinta tak pernah mengenal usia dan cinta butuh suatu kejujuran sekalipun
pahit rasanya harus kita katakan sebelum akhirnya cinta itu justru
menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Novel ini dibuat seperti
teka-teki pada alur cerita dan pada nama tokohnya, sehingga membuat
pembacanya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai selesai.
Meskipun begitu, alur campuran yang digunakan kadang cukup membuat
pembacanya menjadi cukup kesulitan. Bagian akhir cerita yang tidak
digambarkan secara jelas juga membuat pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai kemauannya.
Gaya bahasa yang digunakan dalam penulisan novel ini meski terkesan berlebihan namun cukup menarik. Contohnya pada kalimat ”Kau
membunuh setiap pucuk perasaan itu, tumbuh satu langsung kau pangkas,
bersemi satu langsung kau injak, menyeruak satu langsung kau cabut”.
Karya Tere Liye ini memberikan pemahaman
kepada kita khususnya remaja saat ini, bahwa cinta itu tak pernah
mengenal usia dan butuh sebuah kejujuran. Kita tidak boleh membenci
orang yang telah membuat kita jatuh cinta kepadanya meskipun kita telah
tersakiti karena Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Judul Buku: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Judul Buku: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juni, 2010
Tebal Buku: 264 Halaman
by : http://galerisiswa.wordpress.com/tag/daun-yang-jatuh-tak-pernah-membenci-angin/
0 komentar:
Posting Komentar